Batik Keraton
Pemakaian Batik Keraton dalam Upacara Adat
Batik berkembang sejak jaman Majapahit. Mojokerto merupakan pusat kerajaan
Majapahit dimana batik telah dikenal pada saat itu. Adipati Kalang tewas dalam pertempuran di sekitar
desa Kalangbret dan Tulung Agung berhasil dikuasai oleh Majapahit. Kemudian
banyak tentara yang tinggal di wilayah Bonorowo (Tulung Agung) dengan membawa
budaya batik. Merekalah yang mengembangkan batik. Dalam perkembangannya, batik
Mojokerto dan Tulung Agung banyak dipengaruhi oleh batik Yogyakarta. Hal ini
terjadi karena pada waktu clash tentara
kolonial Belanda dengan pasukan Pangeran Diponegoro, sebagian dari pasukan Kyai
Mojo mengundurkan diri ke arah timur di daerah Majan. Oleh karena itu, ciri
khas batik Kalangbret dari Mojokerto hampir sama dengan batik Yogyakarta, yaitu
dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua atau disebut batik keraton.
Batik Keraton biasa digunakan di lingkungan keraton, digunakan oleh orang
orang tertentu dengan warna cenderung menggunakan warna gelap. Batik dijadikan
sumber penghormatan dan defersiansi antara kaum yang berbeda. Memiliki hal yang
realistis terhadap motif yang umumnya flora, fauna, geometris, dan
figuratif mewakili unsusr bangun yaitu stilasi,distorsi, transformasi, dan
disformasi (Dharsono. 2007:38) jika dilihat dari segi modern.
Hal terebut tidak dapat terungkap terjadinya mengapa batik selalu ada dalam
acara ritual, upacara, dan lainnya, akan tetapi batik sendiri dapat dilihat
dari segi tradisional menurut Jacob (2006: 183) bahwa batik merupakan produk
pemikiran manusia sawah disimak dari motif-motif yang merupakan simbol
kosmologi. Simbol seni mewakili perwakilan dari ilahiah misalnya ritus dan
mitos. Simbol dalam motif bukan lah sekedar konsep tetapi sesuatu yang
transinden. Terdapat beberapa motif batik peninggalan zaman majapahit
·
motif utama yaitu ragam hias utama yang membentuk pola batik atau
yang dipakai sebagai dasar pemberi nama pola.
·
isen yaitu merupakan ornamen tambahan pengisi pola batik, biasanya titik
titik, gabungan titik, dan garis sebagai pengisi bidang
·
motif pendamping yaitu sebagai tambahan tidak mempunyai arti biasanya
sebagai latar belakang pola.
(sumber. Dedi Mulyadi. 2009:1)
setiap motif memiliki makna yang berbeda beda. pemaknaan tersebut dipakai
oleh kaum ningrat sesuai karakter atau sesuai acara baik ritual, upacara dan
lain halnya. tidak sembarangan saat menggunakan kain batik saat itu dimana
perempun dan laki laki dibedakan dari kain batik yang mereka gunakan.
Motif utama dari golang galing yaitu pohon aren yang dapat dimanfaatkan
dari akar sampai akar dapat digunakan bahkan getah memiliki rasa syukur
terhadap lingkungan atas kesuburan yang dianugrahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa
untuk kehidupan manusia
Ketika seorang wanita hamil untuk pertama kalinya,
pada bulan ketujuh kehamilannya diadakan ritual Mitoni. Mitoni
berasal dari kata pitu artinya tujuh. Ritual mitoni
diadakan dengan maksud untuk memohon berkah kepada Tuhan, untuk keselamatan calon orang tua dan anaknya. Bayi lahir pada masanya dengan
sehat, selamat, demikian pula ibunya melahirkan dengan lancar, sehat dan
selamat. Batik Sido asih digunakan untuk upacara mitoni
terutama kepada perembuan dijadikan kemben untuk siraman, untuk kain gendhongan
pada upacara kelahiran dan pernikahan. filosofi pada batik ini menggambarkan
tambah cinta.
Batik keraton condong menggunakan warna warna gelap, warna gelap merupakan
warna tanah simbol laki laki dunia bawah sedangkan warna terang mewakilkan
simbol perempuan dunia atas.
Dilihat dari motif sido asih yang melambangkan
cinta dan kasih sayang sebagaimana seorang ibu, lebih dominan berwarna putih
dengan isen dan motif pendamping batik berwarna coklat sehingga dapat dikatakan
ini lebih baik digunakan oleh perempuan yang sebagaimana mestinya dunia atas. Pada
pernikahan laki-laki kadang kala menggunakan batik tersebut sehingga adanya
paradoks terhadap upacara tersebut.
Trimakasih sudah membaca artikel Batik Keraton, Semoga bermanfaat
sangat membantu, terimaksih pak
BalasHapus